
Jakarta –
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan sektor jasa keuangan RI pada Juni 2024 berada pada keadaan yang tetap stabil di tengah tantangan keadaan perekonomian global.
Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, menurut ada hasil Rapat Dewan Komisioner (DK) OJK per 3 Juli 2024 kemarin. Menurutnya, kinerja sektor jasa keuangan masih kontributif terhadap perkembangan nasional.
“Sektor jasa keuangan tersadar stabil dan kontributif terhadap perkembangan ekonomi nasional, disokong oleh tingkat solvabilitas yang tinggi dan profil risiko yang manageable di tengah masih tingginya ketidakpastian global,” kata Mahendra, dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan & Kebijakan OJK Hasil RDK Bulanan Juni 2024, lewat saluran telekonferensi, Senin (8/7/2024).
Mahendra mengatakan, perekonomian global secara biasa menyampaikan pelemahan dengan data perekonomian HS tercatat lebih rendah di tengah inflasi yang masih sticky atau menempel berpengaruh di dalam perekonomian Amerika Serikat (AS). Begitu pula di Eropa dan China.
Baca juga: Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Masih Ngegas di Tengah Dunia yang Bergejolak |
“Sementara di Eropa perekonomian tengah menghadapi tantangan stagnasi perkembangan dan tekanan fiskal. Sementara di Tiongkok terjadi disabling demand dan supply yang terus berjalan di tengah stimulus bernafsu yang tengah ditangani pemerintah Tiongkok dan oleh otoritas moneter serta fiscal,” paparnya.
Sementara itu, di perekonomian domestik pemulihan seruan penduduk terus berlanjut walaupun condong masih lambat. Kemudian inflasi inti masih stabil dengan perkembangan beredar (M2) yang meningkat mengindikasikan potensi berlanjutnya penguatan seruan ke depan.
Berikutnya di segi produksi, sektor manufaktur mencatatkan perluasan walaupun termoderasi. Hal ini terlihat dari penurunan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur menjadi sebesar 50,7, dibandingkan bulan sebelumnya 52,1.
“Di segi kebijakan, di tengah tekanan pasar keuangan global dan turunnya ekspektasi pasar terhadap keadaan higher for longer, OJK tetap dicermati down side risk ke depan yang sanggup memiliki dampak pada sektor jasa keuangan ke depan,” ujarnya.
Kemudian terkait risiko kredit, utamanya pada UMKM, menurut hasil press test yang ditangani OJK, secara biasa perbankan dinilai masih resilien, disokong permodalan yang tersadar dan tingkat pencadangan yang memadai.
Selain itu, secara biasa rasio kredit yang berisiko untuk UMKM dikala ini dalam rentang level yang tersadar dan dalam tren yang menurun jauh di bawah level puncaknya di masa pandemic Covid-19.
Mahendra mengatakan, dalam rangka mempertahankan stabilitas metode keuangan OJK menekankan pentingnya penerapan prinsip kehati-hatian dan administrasi risiko yang selaras dengan kriteria nasional.
Selain itu, untuk mengembangkan pelayanan secara elektronik terhadap industri biar lebih efektif dan efisien, OJK dan Ditjen Dukcapil memperkuat koordinasi pinjaman hak saluran dan pemanfaatan data kependudukan dalam lingkup memperluas cakupan kontrak koordinasi sebelumnya dengan memperbesar pemanfaatan teknologi biometrik atau pemindai paras untuk mendukung acara di SJK dan OJK.
“Selain itu, OJK meresmikan penggunaan aplikasi SPRINT untuk melayani Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dan BPR Syariah dalam analisa kesanggupan dan kepatutan bagi kandidat pihak utama serta bidang IAKD dalam proses tuntutan masuk ke dalam regulatory sandbox maupun proses registrasi selaku penyelenggara di ITSK di OJK,” pungkasnya.